dunia kecil kita

suatu sore di pojokan kota, tersebutlah 6 org wanita ( noni,henny,loni,zai,Juli,erika ). 6 org wanita dgn beribu karakter yg berjanji untuk tetap bertukar kabar, bertukar cerita lewat blog ini. 6 orang perempuan yg akan pergi atau stay. 6 orang perempuan yg suatu hari nanti akan memberikan blog ini ke anak cucunya cerita lengkap tentang mereka. sahabat adalah rumah kita

Wednesday, November 01, 2006

Makna Lebaran..{ u have to read carefully }

: Copy paste dari HAmdy { milis tetangga }.
gpp yaaaaaa...kan buat bagi2 ilmu hehehe......
__________________________________________________________________________________________________________________________

Assalamu'alaikum wr wb

Um, iseng aja mau posting isi blog gwe ke sini. Sekalian pengen sharing,
seperti yang disuruh dibawah. =)

"I'm not gonna get drunk to please the crowd..
I'm not gonna be a slut and sleep around..
I'm gonna say what I think and say it loud..
I'm gonna say what I believe and I'm gonna stand proud..
I'm gonna be me, no matter who i'm around.. "
-NdiY-

Makna Lebaran.. [originally post in FS blog : Mon, 30th Oct 2k6]

Sekali2 mau posting serius aaah, huhuhuww.. *agak2 ga mungkin ya?*
Um, lets see..

Buat gwe, lebaran kali ini agak berbeda dengan lebaran2 sebelumnya. Kenapa?
Ini lebaran pertama kalinya gwe ga ngikutin pemerintah, dengan beberapa
alesan. Pertama, karena emang Dad lebaran hari itu, tapi itu bukan alesan
utama. Kedua, gwe mungkin ga percaya sama pemerintah. Itu juga bukan alesan
utama. Ketiga, coz tanggal 1 Syawal itu diharamkan untuk berpuasa. Mungkin
ini salah satu alesan utama gwe, coz klo ternyata emang bener 1 Syawal hari
Senin kan, ya berarti gwe bener tuh lebaran. Klo pun 1 Syawal yang bener
hari selasa, ya berarti ntar gwe ganti puasa 1 di bulan lain.

But, bukan berarti gwe menyalahkan orang lebaran hari Selasa lho. Walau pun
1 Syawal misalnya bener hari Senin dan orang2 puasa hari itu, klo mereka
meyakini 1 Syawal itu hari selasa, yaa, mereka ga dosa kok. Coz ada hadist
yang mengatakan *kurang lebih* kaya gini, "bila engkau meyakini bahwa
engkau benar, walau pun sebetulnya engkau bersalah, Allah akan mengampuni
engkau, dan tetap menerima ibadah mu." Kurang lebih kaya gitu, itu kasus
wudhu sih waktu gwe mendengarnya. Klo misalnya kita yakin kita belom batal
wudhu, -padahal sebenernya kita batal-, dan kita ga wudhu lagi dan langsung
sholat, itu solat kita di terima, gitu intinya. Tapi lo harus bener2
meyakini klo lo bener.

Eh, back to topic. Terus, kenapa lebaran ini juga beda dari taon2
sebelumnya, coz tahun ini gwe ga nge-sms2 lebaran ke orang2. Hampir sama
sekali ngga, cuma beberapa orang doang yang gwe kirimin pake sms jatah
gratisan IM3, dan ke beberapa orang yang gwe anggap spesial dalam hidup
gwe, atau orang2 yang gwe tau gwe punya salah ke mereka. Tapi itu paling
semuanya cuma sekitar 13 orang lah. Biasanya, semales2nya gwe nge-sms
lebaran, se-ngga-punya2nya pulsa, minimal gwe membalas sms orang2 yang
ngirimin gwe. Tapi tahun ini ngga. Kenapa?

Yaah, karena gwe pikir, sms lebaran itu udah kehilangan maknanya. Sms2 itu
cuma jadi formalitas doang, atau ajang menunjukkan existensi dirinya, atau
sekedar sharing sms 'bagus'. Mungkin gwe agak apatis, tapi buat gwe, sms
itu udah menyimpang jauh dari tujuan/isinya. Mungkin klo isi "selamat
lebaran yaa" itu cuma satu-satunya yang bener. Maksud gwe, iya, mungkin
bener mereka ingin menyelamati kita, sama kaya menyelamati kita di hari
ultah kita. Tapi sisanya, "mohon maaf lahir dan batin" gwe ga yakin mereka
mengucapkannya dengan setulus hati. Mereka bahkan mungkin ga tau kesalahan
mereka apa, dan mereka juga ga bener2 meminta maaf, hanya karena itu udah
jadi "template" wajib di sms lebaran aja. Sama kaya "Minal Aidin wal
Faidzin" dan "Taqabballahu minna wa minkum", *sekali lagi mungkin gwe
bersikap apatis*, banyak dari orang yang menuliskan itu ga tau apa artinya.
Sekali lagi juga, karena emang itu udah "template" dan bagian dari paket
sms lebaran.

Well, mungkin lo yang baca juga ga tau ya? =) Berapa banyak dari kalian
yang mengasosiasikan "minal aidin wal faizin" dengan "mohon maaf lahir dan
batin", jadi klo ketemu orang pas lebaran, sambil salaman ngomong, "minal
aidin yaa" dan maksud lo adalah ngomong, "mohon maaf yaa.."
Anyone of you, guys? =)

Ngaku aja kalee, gwe ga nyalahin lo kok, hehe.. Emang begitu lah keadaan di
Indonesia saat ini, huhuhu.. I was happened to believed in that too, until
beberapa tahun lalu gwe penasaran dengan arti "minal aidin wal faizin", dan
gwe nanya2 ke orang2.. Luckily, at last, pfiuh *coz ini perjuangan setelah
menanyakan ke hampir setengah penduduk Indonesia yang gwe kenal, hehehe*,
akhirnya ada juga yang tau. Beberapa hari yang lalu, gwe googling untuk
bahan post ini, jadi isi post dibawah ini bukan pengetahuan gwe yang
'waaah', hehe.. gwe tadinya juga cuma tau klo "minal aidin wal faizin" itu
sebenernya doa yang kira2 klo di bahasa Indonesia-in kaya gini : "Semoga
kita termasuk golongan orang2 yang kembali dan juga golongan orang2 yang
meraih kemenangan" coz aidin itu artinya orang2 yang kembali, dan faizin
berarti orang2 yang menang. Gitu..

Nih asal kata "minal aidin wal faizin" dari artikel yang gwe temuin itu :

Kalau kita tadi menyoal tentang asal kata Ied (masdar atau kata dasar dari
'aada=kembali), sekarang kita mencoba untuk membongkar asal kata 'Aidin dan
Faizin.

'Aidin itu isim fa'il (pelaku) dari 'aada. Kalau anda memukul (kata kerja),
pasti ada proses pemukulan" (masdar), juga ada "yang memukul" (anda
pelakunya). Kalau kamu "pulang" (kata kerja), berarti kamu "yang pulang"
(pelaku). Pelaku dari kata kerja inilah yang dalam bahasa Arab disebut
dengan isim fa'il.

'Aidin atau 'Aidun itu bentuk jamak (plural) dari 'aid, yang artinya "yang
kembali" (isim fa'il. Baca lagi teori di atas). Mungkin maksudnya adalah
"kembali kepada fitrah" setelah berjuang dan mujahadah selama sebulan penuh
menjalankan puasa.

'aada = ia telah kembali (fi'il madhi)
Ya'uudu = ia tengah kembali (fi'il mudhori)
'audat = kembali (kata dasar)
'ud = kembali kau! (fi'il amr/kata perintah)
'aid = ia yang kembali (isim fa'il).

Faizin juga sama. Dia isim fa'il dari faaza (past tense) yang artinya "sang
pemenang".

Urutannya seperti ini:

Faaza = ia [telah] menang (past tense)
Yafuuzu = ia [sedang] menang (present tense)
Fauzan = menang (kata dasar)
Fuz = menanglah (fi'il amr/kata perintah)
Fa'iz = yang menang.

'Aid (yang kembali) dan Fa'iz (yang menang) bisa dijamakkan menjadi 'Aidun
dan Fa'izun. Karena didahului "Min" huruf jar, maka Aidun dan Faizun
menyelaraskan diri menjadi "Aidin" dan "Faizin". Sehingga lengkapnya "Min
Al 'Aidin wa Al Faizin". Biar lebih mudah membacanya, orang biasa menulis
dengan "Minal Aidin wal Faizin".

Lalu mengapa harus diawali dengan "min"?

"Min" artinya "dari". Sebagaimana kita ketahui, kata "min" (dari) biasa
digunakan untuk menunjukkan kata keterangan waktu dan tempat. Misalnya
'dari' zuhur hingga ashar. Atau 'dari' Cengkareng sampe Cimone.

Selain berarti "dari", Min juga mengandung arti lain. Syekh Ibnu Malik dari
Spanyol, dalam syairnya menjelaskan: "Ba'id wa bayyin wabtadi fil amkinah
Bi MIN wa qad ta'ti li bad'il azminah."

"Maknailah dengan "sebagian", kata penjelas dan permulaan tempat dengan
MIN. Kadang ia untuk menunjukkan permulaan waktu."

Dari keterangan Ibnu Malik ini, kita bisa mendapatkan gambaran bahwa MIN
pada MIN-al aidin wal faizin tadi menunjukkan kata "sebagian"
(lit-tab'idh).

Jadi secara harfiyah, minal 'aidin wal-faizin artinya:

"BAGIAN DARI ORANG-ORANG YANG KEMBALI DAN ORANG-ORANG YANG MENANG."

Kesimpulannya?

Yang jelas Minal Aidin tidak ada hubungannya dengan mohon maaf lahir dan
batin. =)

Lalu, gimana dengan Taqabballahu minna wa minkum? Atau Taqabbalallahu minna
wa minkum? Sama aja. Penulisan itu dua-duanya bener kok. Tapi, sekali lagi,
apa orang yang nulis itu tau artinya? Sama dengan kasus minal aidin,
beberapa tahun yang lalu, gwe nanya2in arti kata2 ini juga, dan sekali
lagi, sama dengan minal aidin juga, ternyata susah nemuin orang yang tau
artinya, hehe. Akhirnya, yang jawab pertanyaan gwe ini sama ma yang jawab
pertanyaan minal aidin gwe, yaitu salah satu oom gwe di Makassar. He told
me, artinya itu kira2 mendoakan orang kaya gini, "Semoga Allah menerima
amalanku dan amalanmu" Maksudnya amal ibadah.

Nah, sebenernya yang disunnahkan Rasulullah untuk diucapkan pada hari Idul
Fitri, atau lebaran, ya kata2 ini, bukan minal aidin wal faizin. Dari
artikel hasil googling gwe untuk post ini :

Rasulullah biasa mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum kepada para
sahabat, yang artinya semoga Allah menerima aku dan kalian. Maksudnya
menerima di sini adalah menerima segala amal dan ibadah kita di bulan
Ramadhan.

Beberapa shahabat menambahkan ucapan shiyamana wa shiyamakum, yang artinya
puasaku dan puasa kalian. Jadi ucapan ini bukan dari Rasulullah, melainkan
dari para sahabat.

Kemudian, untuk ucapan minal 'aidin wal faizin itu sendiri tidak pernah
dicontohkan, sepertinya itu budaya orang Indonesia. Yang sering salah
kaprah adalah ucapan tersebut biasanya diikuti dengan "mohon maaf lahir dan
batin".

Jadi seolah-olah minal 'aidin wal faizin itu artinya mohon maaf lahir dan
batin. Padahal arti sesungguhnya bukan itu. Minal 'aidin artinya dari
golongan yang kembali. Dan wal faizin artinya dari golongan yang menang.
Jadi makna ucapan itu adalah semoga kita termasuk golongan yang kembali
(maksudnya kembali pada fitrah) dan semoga kita termasuk golongan yang
meraih kemenangan.

Sampai di sini, ternyata ucapan tsb (Minal Aidin Wal Faidzin) tidak pernah
ada dasar dan tuntunannya.

Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 2/446 mengatakan: "Kami meriwayatkan
dari guru-guru kami dalam "Al-Mahamiliyy at" dengan sanad hasan dari Jubair
bin Nufair, beliau berkata:

"Para sahabat Rasulullah apabila mereka saling jumpa pada hari raya,
sebagian mereka mengucapkan pada lainnya: "Semoga Allah menerima amalanku
dan amalanmu".

Ibnu Qudamah juga menyebutkan dalam Al-Mughni 2/259 bahwasanya Muhammad bin
Ziyad mengatakan :

"Saya pernah bersama Abu Umamah Al-Bahili dan para sahabat Nabi lainnya,
maka apabila mereka kembali dari Ied, sebagian mereka berucap pada lainnya
: "Semoga Allah menerima amalanku dan amalanmu"

(Imam) Ahmad berkata : "Sanad hadits Abu Umamah jayyid (bagus)". Imam
Suyuthi juga berkata dalam Al-Hawi (1/81): "Sanadnya hasan".

Adapun ucapan: "Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin",
"halal bi halal" atau "kosong-kosong" serta ungkapan-ungkapan lainnya, maka
sebaiknya dihilangkan dan kita ganti serta membiasakan diri dengan lafadz
syar'i yaitu (Taqabballahu Minna Wa Minka) sehingga kita tidak terj atuh
dalam ayat : "Apa kamu mau mengambil yang rendah sebagai pengganti yang
lebih baik ?"
(QS Al Baqarah: 61)

[Dikutip dari majalah Al Furqon Edisi 2 Th. II hal 37 "Hari Raya Bersama
Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam"]

Sharing untuk yang belum tahu... Semoga bermanfaat :)

Nah, gwe sekalian sharing seperti yang disuruh, hehe..

Lanjut, apaan lagi yaa?
Ooh, iya, satu lagi, klo ini gwe baru tau tahun ini, dari Republika
beberapa hari lalu, klo ternyata Halal bihalal itu bukan bahasa Arab! Itu
buatan orang Indonesia, yang ga ada artinya dalam bahasa arab. Ckck, aneh2
aja ya orang Indonesia? hehehe..

Ya suw lah, gwe menepati janji gwe kan untuk posting serius kali ini?
hihihi..

Anyway, Happy Belated Eid Mubarak 1427 H.
May 4JJI SWT bless us with His greatness.
Taqabballahu minna wa minkum.
Wa shiyamana wa shiyamakum.
Wassalamu'alaikum wr wb.

"If God answers your prayer, He is increasing your FAITH. If He delays, He
is increasing your PATIENCE. If He doesn't answer, He has something BETTER
for you. "
-NdiY-

__._,_.___

__,_._,___

0 Comments:

Post a Comment

<< Home