dunia kecil kita

suatu sore di pojokan kota, tersebutlah 6 org wanita ( noni,henny,loni,zai,Juli,erika ). 6 org wanita dgn beribu karakter yg berjanji untuk tetap bertukar kabar, bertukar cerita lewat blog ini. 6 orang perempuan yg akan pergi atau stay. 6 orang perempuan yg suatu hari nanti akan memberikan blog ini ke anak cucunya cerita lengkap tentang mereka. sahabat adalah rumah kita

Wednesday, August 23, 2006

Kamu = Kudis = Borok

Kamu = Kudis = Borok
By noni

Kalian punya kudis ??

Kalo bahasa jawanya kudis , mungkin borok ya…

Borok itu luka yg muncul di permukaan kulit kita. Warnanya bisa merah dan kekuning2an dengan kerak2nya yg mulai mengeering. Kalo diliat pake mikroskop pasti banyak banget ulat2 kecil atau bakteri2nya he.h.ee

Aduh deskripsinya aja menjijikan. Emang menjijikkan sih makanya hampir semua orang gak mau punya borok. Atau kalopun punya akan buru2 mengobatinya karena secara estetika orang yg borok-an berarti orang yg gak bersih dan jorok plus mengganggu penampilan.

Borok bisa kita dapet dimana aja. Entah karena jatuh trus lecet, atau karena kita ketusuk pisau dan akhirnya jadi luka . atau darimana aja….

Dan gals…aku punya borok atau luka tepatnya. Posisinya ada didekat hatiku berdekatan dgn jantung bahkan mungkin aja melebar sampai ke jantung trus melahap jantungku dan membuatku mati . Warnanya sekarang ini merah membara dan bernanah.

Kalau kalian pernah baca tulisanku yg judulnya like en dislike, aku pernah nulis kalo aku gak suka banget dgn semua yg lendir bahkan sperma.

Lebih tepatnya jijik tp..untuk borokku ini aku malah memelihara nanah. Nanah yg warnanya putih gading dgn tampilan yg bikin kita muntah2 heh.e.he

Temen perempuanku tersayang…….luka itu aku dapat dgn sengaja. Luka yg dgn sengaja aku buat. Luka yg dari taon lalu aku biarkan terus basah . luka yg aku buat dgn cara menusukkan hatiku ke besi panas nan berkarat . sakitnya gak ketulungan gals…sakit banget sampai aku harus terhuyung2 memegangi dadaku yg berdarah . sakit yg membuat tidurku gak pernah nyenyak, sakit yg membuatku harus terjaga dari tidurku, sakit yg tdk akan pernah sembuh karena aku menyukai lukaku itu.

Konyolnya seseorang seperti aku yg gak pernah mau repot ??

Menjaga luka, menjaga borok , menjaga agar borok itu tetap berdarah dan bernanah. Jelas butuh kerja keras dan kesabaran heh.e.he

Sayangnya sampai hari ini aku tetap gak bisa menghilangkan kebiasaanku dgn borok itu. Semua orang menyuruhku membersihkan borok itu, membawa ke dokter, diobatin pake betadine atau dibersihkan pake alcohol biar kuman2nya mati, biar cepat kering dan aku bisa terbebas dari borok itu.

Tp gals…obat apa sih yg paling manjur selain niat untuk mengobatinnya dari hati sendiri, dari kemauan sendiri.

Seringkali hatiku dan jantungku menjerit2 ketakutan. Mrk takut terkontaminasi kuman2 dari si borok itu tp…aku malah menjerit memarahi hatiku dan jantungku untuk diam dan tdk usah cerewet. Berdamailah kalian dgn borok itu karena dia akan trus tetap ada . bertetangga dgn kalian.

Untuk antisipasi dari kemarahan jantung dan hatiku, aku memagari borokku dgn mengoleskan salep anti melebarnya borok a.k.a makin parah.

Sayangnya aku seperti manusia biasa Cuman bisa berencana tanpa tau apa yg bakalan terjadi nantinya.

Borok itu muncul tiba2. dia seperti hantu yg tiba2 nongol di tubuhku. Tiba2 membuat aku menjerit kesakitan. Awalnya aku cuman iseng pengen punya borok yg bisa aku garuk2 ketika bengong, yg bisa aku congkel2 ketika bernanah , yg bisa membuat aku meringis nyeri ketika aku mati rasa .

Lalu aku liat sebuah besi berkarat nan panas. Aku tdk ambil ancang2 untuk menubrukkan tubuhku ke besi itu . aku cuman menyentuhkan tubuhku ke besi berkarat nan panas itu. Anehnya tubuhnya malah menyukai sensasi panas dari besi itu.

Awalnya cuman lebam kebiru-biruan. Aku memandangi warnanya yg indah . hampir mirip dgn warna hatiku.

Aku nikmati warna biru lebam itu berhari2, aku selalu puas memandangnya karena artinya luka itu dekat di hidupku.

Tiba2 seperti lebam2 pada umumnya, berangsur2 warna lebam itu berubah menjadi merah dan akhirnya hilang. Aku menangisinya berhari2. seolah2 aku kehilangan jari tanganku. Aku lumpuh cuman karena lembam itu menghilang.

Kali ini aku cari lagi besi berkarat dan panas itu. Aku pandangin besi itu lama , seperti menjajal seberapa kuat dia bisa menyakiti aku. Kali ini aku ambil ancang2. aku rancang acara penyiksaan diriku sendiri. Penyiksaan yg bikin aku tertawa terbahak2.

Setelah yakin dgn luka yg akan dibuat besi itu, kali ini aku tdk cuman menyentuhnya tp aku menusukkan besi itu satu kali ke bagian di sebelah hatiku. Sakitnya masih bisa kutahan. Aku cuman meringis ketika melihat darah mengalir dari arteri2 yg terluka karenanya . lukanya cuman sebesar koin uang Rp 500 .

Malam harinya aku tidur dgn puas dan nyenyak. Setiap hari aku selalu berbicara dgn lukaku. Aku biarkan dia tanpa pertolongan salep atau betadine. Setiap kali dia mulai mengering , buru2 aku mencongkel2 pinggiran yg kering sehingga menjadi luka kembali. Merah dan bernanah. Semakin hari semakin membesar hingga hampir sebesar tutupan cangkir.

Sangking besarnya aku sampai tdk bisa mengendalikan tubuhku. Tiba2 aku terbangun dgn tubuh panas dan mengginggil. Kiranya luka itu membuat aku kesakitan. Sakit yg tak tertahankan. Aku coba makan obat penghilang sakit yg aku beli dgn bebas dari warung kumuh di dekat rumah. Tp..sakit itu makin menggila. Aku mengerang2 kesakitan. Kepalaku seperti dipenuhi lalat2 hijau yg berlomba2 akan memakan isi otakku, kupingku dipenuhi dengingan nyamuk dan hatiku tiba2 tdk bisa diajak bekerja sama. Mereka secara bersama2 memerintahkan tubuhku untuk menjerit kesakitan. Semua bagian tubuhku protes dgn kesakitan ini. Protes dgn akibat yg dibuat oleh borok sialan itu.

Sambil menjerit2 protes dan cucuran air mata, ibu memaksa aku bertemu dokter. Dokter sok tau yg tanpa ijinku memasukkan obat melalui besi tipis bernama jarum suntik. Memasukkan antibiotik yg membuat lukakaku mongering dgn kecepatan tinggi. Obat yg memaksa otakku menghentikan impian gilaku tentang borok itu.

Aku masih setengah sadar ketika kusadari luka itu bahkan tdk menginginkanku. Kneapa dia pergi ??. kenapa dia mesti sembuh ???. kenapa dia tdk bisa diam ditubuhku saja??

Kenapa dia tdk diam dan menikmati menjadi parasit ditubuhku ?????

Aku benci lukaku. Aku benci borokku itu. Aku benci sesuatu yg menjijikkan itu tdk mau hidup bersamaku. Aku bukan orang yg gila kebersihan. Aku masih mau jajan dipingngir jalan penuh debu, aku masih mau melakukan hal2 kotor yg bisa membuat dia betah tp…kenapa dia pergi ????

Hari demi hari aku jejali mulutku dgn obat yg bisa membuat luka itu segera mengering dan pergi . kadang2 aku harus muntah ketika minum obat yg sangat pahit itu, terkadang aku mesti menangis sangking pahitnya obat jahanam itu, kadang aku mesti mengikat tanganku sendiri dari godaan untuk memperlebar lukaku, kadang aku marah2 karena luka itu dgn jahatnya mongering akibat obat yg aku minum. Kenapa dia tdk duduk dan melawan dgn obat2 sialan itu. Kenapa dia jadi pengecut kayak gitu ????.

Sebelum bener2 mengering dan sembuh aku menghentikan mengkonsumsi obat2 lagi. Aku mulai hidup dgn lebih bersih. Melupakan borok di sebelah hatiku. Kadang2 dia masih berdenyut perih tp efeknya tdk sampai membuatku menundukkan kepalaku untuk melihat keadaannya. terkadang walo aku melukai bagian tubuhku yg laen, tp..aku tdk merasakan sensasi seperti borok yg pertama.

Hari demi hari aku jalanin hidupku dgn sangat bersih. Sibuk pacaran , sibuk memikirkan apa yg akan terjadi 1000 tahun lagi dan tiba2 diantara kesibukan itu, tanpa sengaja aku terkena besi panas , berkarat dan tumpul. Sakitnya bukan kepalang. Besi yg sama seperti beberapa waktu lalu. Tp….sakitnya lebih dahsyat karena skr dia tumpul. Lukanya hampir nyerempet hatiku. Darah dan keringat mengucur ketika besi itu menusuk tubuhku. Aku mengerang kesakitan, pingsan dan tersadar ada di sebuah tempat yg asing.

Ditempat bernama rumah sakit. Putih bersih dan dipenuhi manusia2 yg akan mengawasi lukaku itu. Aku melihatnya kembali. Memaksakan kepalaku untuk menjenguk lukaku. Masih merah, bernanah bahkan busuk dan berulat.

Awalnya aku menjerit ketakutan melihatnya tp..setelah beberapa lama dia berdiam di tubuhku, perasaan sayang yg dulu muncul dan membuat kami sangat intim.

Gak jarang aku orgasme hanya dgn melihat lukaku itu. Terkadang aku cuman membelai pinggiran menghitamnya, sesekali ketahuan dokter atau perawat kalao aku gak makan obat penghilang rasa sakit , dimarahin tp setelah itu aku diam2 tetap bercengkrama dgn lukaku itu.

Ratusan orang hilir mudik di depan kamar rumah sakitku. Aku jadi si pesakitan yg dikunjungi orang. Mereka menatapku dgn kasihan, dgn penuh doa2 untuk lukaku itu. emmmmmm taukan mereka aku sendiri yg tdk mau sembuh.

Skr…..luka itu masih ada. Masih meneteskan nanah. Nanah yg terkadang terasa sangat dingin ketika mengalir melewati hati dan jantungku .

Luka itu masih tetap ada karena obatnya hanya aku letakkin dibawah lidah untuk akhirnya hilang dimakan tong sampah.

Luka itu masih ada walo aku akan tetap hidup selamanya dirumah sakit sialan ini.

Luka itu masih terus ada walo mungkin aku harus meregang nyawa untuk menghilangkannya.

Luka itu masih terus ada, walo jantung dan hatiku mulai protes dgn bau2 busuk yg ditimbulkannya.

Luka ini masih terus ada, karena aku menginginkan luka itu selamanya ada.

Luka itu tak akan hilang karena seperti mana luka akan tetap meninggalkan bekas ketika pergi..

Luka itu …wahai perempuan , akan menjadi bagian dari hidupku. Mengalir seperti darah yg mengitari urat2 nadiku.

Luka itu….aku tau akan menular dan akan melukai yg lainnya..

Luka itu skr dgn menakutkannya sudah memakan hati, jantung dan seluruh tubuhku.

Sekarang aku dipenuhi luka. Sekujur tubuhku penuh dgn luka2 yg mengerikan. Herannya bukannya takut aku malah tertawa terbahak2.

Wish u were here ( gals……..tulisan ini ada diotakku ketika kita ngumpul2 suatu sore sehabis aku ngobrol dgn kalian. Ngobrolin laki2 bangsat yg memenuhi kehidupan kita ).

The End

1 Comments:

Post a Comment

<< Home