dunia kecil kita

suatu sore di pojokan kota, tersebutlah 6 org wanita ( noni,henny,loni,zai,Juli,erika ). 6 org wanita dgn beribu karakter yg berjanji untuk tetap bertukar kabar, bertukar cerita lewat blog ini. 6 orang perempuan yg akan pergi atau stay. 6 orang perempuan yg suatu hari nanti akan memberikan blog ini ke anak cucunya cerita lengkap tentang mereka. sahabat adalah rumah kita

Thursday, November 02, 2006

Little Story From India

Erika

Banyak sekali pelajaran yang bisa kita dapat dari anak, baik itu yang masih bayi, balita atau sudah remaja. Dan jangan pernah merasa malu, segan atau enggan. Karena dunia anak begitu bersih, tulus, suci dan jujur.

Seperti cerita berikut ini.

"Little Story From India"

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca Koran,
"berapa lama lagi kamubaca Koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayanguntuk makan."

Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Sindu, tampakketakutan air matanya mengalir. Di depannya ada semangkuk nasi berisi nasisusu asam/yogurt (nasi khas India /curd rice).
Sindu anak yang manis dantermasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun dia sangat tidak suka makancurd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makancurd rice Ada "cooling effect".

Aku mengambil mangkok dan berkata, "Sindu sayang, demi ayah, maukah kamumakan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak ,nanti ibumu akan teriak2sama ayah."Aku bisa merasakan istriku cemberut dibelakang punggungku.

Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya dan berkata,"boleh ayah akan aku makan curd rice ini, tidak hanya beberapa sendok, tapisemuanya akan aku habiskan, tapi aku akan minta..." agak ragu2 sejenak...".

aku..akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayahmau berjanji memenuhi permintaanku? "Aku menjawab, "Oh pasti sayang".
Sindu tanya sekali lagi, "betul ayah?""Yah pasti.." sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan danlembut sebagai tanda setuju.Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tanganSindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, "janji" kata istriku.

Akusedikit khawatir dan berkata: "Sindu jangan minta komputer atau barang2 lainyang mahal ya, karena ayah saat ini tidak punya uang." Sindu menjawab,"jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal kok."
Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita diabertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah samaistri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidakdisukainya. Setelah Sindu melewati penderitaannya dia mendekatiku denganmata penuh harap dan semua perhatian (aku ,istriku dan juga ibuku) tertujukepadanya.

Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin pada hari Minggu.Istriku spontan berkata, "permintaan Gila, anak perempuan dibotakin, tidakmungkin!" Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam keluarga kita, diaterlalu banyak nonton TV. Dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita.

Aku coba membujuk: "Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain ? Kami semuaakan sedih melihatmu botak." Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, "tidak ada'yah, tidak ada keinginan lain," kata Sindu.Aku coba memohon kepada Sindu, "
tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untukmengerti perasaan kami.?"
Sindu dengan menangis berkata, "Ayah sudah melihat bagaimana menderitanyaaku menghabiskan nasi susu asam itu. Dan ayah sudah berjanji untuk memenuhipermintaan aku kenapa ayah sekarang mau menarik perkataan ayah sendiri?
Bukankah ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhijanji kita terhadap seseorang apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala ) untuk memenuhi janjinya raja rela memberikantahta, kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri."

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, "Janji kita harusditepati." Secara serentak istri dan ibuku berkata, "apakah kau sudah gila?" "Tidak," jawabku, "Kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernahbelajar bagaimana menghargai dirinya sendiri.""Sindu permintaanmu akan kami penuhi."

Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus.Hari Senin aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botakberjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum akumembalas lambaian tangannya. Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobilsambil berteriak, "Sindu tolong tunggu saya." Yang mengejutkanku ternyata kepala anak laki2 itu botak juga, aku berpikir mungkin "botak" model jamansekarang.

Tanpa memperkenalkan dirinya, seorang wanita keluar dari mobil dan berkata,"anak anda,Sindu benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama diasekarang, Harish adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia." Wanitaitu berhenti berkata-kata, sejenak aku melihat air matanya mulai melelehdipipinya " Bulan lalu Harish tidak masuk sekolah,karena chemo therapykepalanya menjadi botak, jadi dia tidak mau pergi kesekolah takut diejekoleh teman2 sekelasnya.

Nah, minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanjikepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi.Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnyayang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhanmempunyai anak perempuan yang berhati mulia."

Aku berdiri terpaku dan tidak terasa air mataku meleleh. Malaikat kecilkutolong ajarkanku tentang arti sebuah kasih.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home